Pada tanggal 31 Oktober 2022, LD FEB UI menggelar gaya baru dalam seminar publik dengan konsep parade monolog yang dibawakan oleh 7 orang narasumber dari berbagai latar belakang keilmuan.
Monolog pertama oleh Dr. Bagus Takwin, M.Hum., Psikolog – Dekan Fakultas Psikologi mengajak pendengar untuk mencoba melihat krisis sebagai sesuatu yang mengancam keutuhan, atau sebaliknya sebagai kesempatan untuk menghasilkan tatanan baru yang lebih baik secara optimistik dalam menafsirkan krisis habitat di kota.
Prof. Semiarto Aji Purwanto – Dekan FISIP UI memaparkan tiga tipologi perkembangan kota di seluruh dunia berdasarkan sudut pandang antropologi yaitu berdasarkan relasi sosial, arsitektur perencanaan kota, dan basis kebudayaan serta agama. Masing-masing tipologi tersebut membentuk tradisi dan budaya yang khas.
Dr. Atnike Nova Sigiro – Dosen Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Universitas Paramadina menyuarakan kota yang berkeadilan gender yang harus memiliki nilai atau ideologi yang menjunjung kesetaraan dan hak asasi manusia.
Turro S. Wongkaren, Ph.D – Kepala IASEB FEB UI memaparkan mengenai lesson learned dari Hawaii. Disampaikan bahwa pembangunan sebuah kota jangan sampai menyisihkan penduduk asli, oleh karenanya pembangunan yang inklusif dalam berbagai hal sangat dibutuhkan bagi penduduk setempat.
Drs. Noer Fauzi Rachman, Ph.D., Psikolog – Dosen Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran menyuarakan mengenai “spatial justice”. Dalam hal ini, perlu perhatian, inisiatif, dan proses kreatif yang mendukung kaum marjinal kota menjadi agen perubahan.
Melissa Kowara, MPhil. – Aktivis Extinction Rebellion Indonesia dan Presidium Partai Hijau DKI, mengajak semua pihak untuk memikirkan jika penanggulangan krisis iklim menjadi prioritas semua pihak secara kolektif, tidak hanya pada saat pandemi.
Terakhir, Zenzi Suhadi – Direktur Eksekutif Nasional Walhi 2021-2024 memaparkan bahwa di kota-kota besar seperti di Jakarta, secara mendasar yaitu perubahan terhadap manusia dan perubahan ruang sebagai habitat. Pertanyaan reflektif yang kemudian diberikan adalah apakah Jakarta masih dapat dikatakan sebagai ruang habitat yang menyokong kehidupan di dalamnya?
Untuk keterangan lebih lanjut, silakan menghubungi narahabung:
Finda Prafianti, S.Sos.
Corporate Secretary Lembaga Demografi FEB UI
corsec@ldfebui.org
08119692610