Buku ini bertujuan untuk menggambarkan model tata kelola kolaboratif yang dapat membantu mengatasi masalah yang dihadapi oleh petani dan pekerja industri tembakau di Indonesia. Pertanian tembakau telah menjadi topik yang kontroversial karena dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan, dan kesejahteraan sosial.
Dalam bab pendahuluan, buku ini memberikan latar belakang yang memperkenalkan konteks masalah industri tembakau di Indonesia. Fakta-fakta dan statistik terkini tentang produksi tembakau dan konsumsi rokok di Indonesia disajikan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentangpentingnya mengatasi masalah ini. Buku ini memiliki fokus yaitu menguraikan model tata kelola kolaboratif dalam memberikan strategi mitigasi bagi petani tembakau dan pekerja industri tembakau serta untuk menjelaskan perbedaan antara situasi saat ini dengan model tata kelola kolaboratif yang berkembang dalam tataran konseptual untuk mendapatkan gambaran model kolaboratif yang layak untuk Indonesia.
Bab kedua mendalami konsep tata kelola kolaboratif dan mengapa pendekatan ini penting dalamkonteks masalah yang dihadapi petani tembakau dan pekerja di industri rokok. Buku ini menjelaskan bahwa tata kelola kolaboratif melibatkan partisipasi aktif dari berbagai pemangku kepentingan. Kolaborasi ini bertujuan untuk mengembangkan kebijakan dan praktik yang berkelanjutan serta memperbaiki kondisi petani dan pekerja.
Bab ketiga memaparkan perbandingan pengendalian tembakau dan mitigasi yang telah diterapkan di negara-negara penghasil tembakau lainnya. Bab ini memberikan perspektif internasional yang berharga tentang bagaimana negara-negara lain telah mengatasi masalah yang serupa. Faktorfaktor seperti perkembangan dalam ratifikasi Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) dan implementasi strategi MPOWER juga dieksplorasi dalam bab ini.
Bab keempat menawarkan tiga opsi usulan model tata kelola kolaboratif yang dapat diadopsi di Indonesia. Opsi-opsi ini mencakup bentuk kerjasama Satuan Tugas (Satgas), Tim Koordinasi, dan Badan Pengelola. Setiap opsi menjelaskan peran dan tanggung jawab pemangku kepentingan yang terlibat serta kerangka implementasinya. Model-model ini memberikan panduan praktis bagi pemerintah dan organisasi terkait dalam merancang kerangka kerja kolaboratif yang efektif.
Bab kelima membahas kelayakan tata kelola kolaboratif dari perspektif pemangku kepentingan. Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) digunakan untuk mengevaluasi peran instansi lintas kementerian dan untuk menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang terkait dengan upaya mitigasi petani dan pekerja industri tembakau. Bab ini juga mencakup pandangan dan masukan dari pemangku kepentingan yang berbeda untuk memberikan perspektif yang komprehensif tentang kelayakan model kolaborasi yang diusulkan.
Terakhir, bab penutup menyimpulkan temuan utama dari buku ini. Kesimpulan ini mencakup penekanan pada pentingnya tata kelola kolaboratif dalam mengatasi masalah pertanian tembakau dan mitigasi yang berkelanjutan. Saran juga diberikan untuk pemerintah dan pemangku kepentingan terkait agar mengadopsi model tata kelola kolaboratif dalam upaya mereka untuk mengurangi dampak negatif pada petani dan pekerja industri tembakau di Indonesia.
Ringkasan eksekutif buku ini memberikan gambaran menyeluruh tentang isu pertanian tembakau di Indonesia, mengenalkan konsep tata kelola kolaboratif, dan menawarkan opsi usulan model kolaborasi yang praktis. Buku ini memiliki relevansi yang tinggi bagi pembuat kebijakan, penulis, dan pemangku kepentingan yang tertarik dengan mitigasi pertanian tembakau dan upaya kolaboratif untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan pekerja industri tembakau di Indonesia.
File PDF dapat di Download pada Link Berikut: Download File PDF